MORE ARTICLES

Agropolitan Padi Organik Berbasis Nature Based Solution Untuk Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional

Ecobiz.asia – Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, Negara Indonesia memiliki tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya. Terletak di garis khatulistiwa dengan cuaca tropis, temperatur dan kondisi alam di setiap daerah di Indonesia relatif sama sepanjang tahun. Hal ini memberikan peluang untuk dapat dilakukan kegiatan bercocok tanam dalam upaya mencukupi kebutuhan pangan rakyat.

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai cara sebagai upaya memenuhi kebutuhan pangan rakyat. Hal ini tampak dari berbagai kegiatan dan bantuan yang digelontorkan melalui Kementerian Pertanian dan Lembaga pendukung lainnya, seperti bantuan melalui Bank Indonesia yang ditujukan khususnya bagi produk yang sangat berdampak pada inflasi seperti padi, cabai merah, dan bawang merah.

- Advertisement - Iklan

Diantara upaya pemenuhan pangan Nasional yang diberikan melalui Kementerian Pertanian adalah bantuan Pupuk Anorganik, Pestisida, serta bantuan Alat dan Mesin Pertanian. Bantuan ini diberikan dengan maksud agar produktivitas pertanaman yang diusahakan oleh petani dapat meningkat, sehingga meskipun lahan pertanian relatif sama tidak mengalami penambahan, bahkan cenderung berkurang karena adanya alih fungsi lahan, namun peningkatan produktivitas diharapkan mampu meningkatkan produksi hasil pertanian.

Baca juga: Erick Thohir Minta BUMN dan Badan Gizi Akselerasi Swasembada Pangan, PLN Beri Contoh di Merauke

Jutaan hektare lahan pertanian memperoleh bantuan Pemerintah. Fasilitasi dan intervensi Pemerintah untuk meningkatkan hasil dan produktivitas terus dilakukan. Pemerintah juga mendorong petani dan kelompok tani untuk dapat melakukan pertanaman hingga empat kali dalam setahun. Terbaru, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian meluncurkan program baru yaitu Petani Milenial dan Brigade Pangan yang memromosikan pertanian bagi generasi muda dan pelaksanaan kegiatan pertanian yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari pemerintah, kelompok masyarakat, hingga Polisi dan TNI yang berfungsi untuk mengawal kegiatan pertanaman.

Kegiatan lain yang telah dikembangkan dan terus dikembangkan adalah kegiatan Food Estate. Saat ini kegiatan Food Estate diperluas dan terus didorong untuk dikembangkan terutama di Provinsi Kalimantan Tengah, di kabupaten Kapuas, dan di Provinsi Papua Selatan, di kabupaten Merauke. Berbagai alat berat, input produksi dan mekanisasi pertanian dilakukan untuk mengembangkan pertanian khususnya pertanian tanaman pangan di wilayah lokasi Food Estate.

Segala upaya dan kegiatan yang dilakukan secara masif oleh Pemerintah ini secara tidak disadari dapat memberikan dampak bagi lingkungan. Akademisi, sebagai pihak yang netral perlu mencermati hal ini. Di satu sisi, kegiatan Pemerintah perlu didukung karena niat baik untuk pemenuhan kebutuhan dan hajat hidup rakyat Indonesia. Di sisi lain, tanah dan alam Indonesia perlu dijaga agar tetap lestari dan dapat diwariskan bagi generasi mendatang.

Baca Juga:  Sinergi Pemenuhan Komitmen Lingkungan Global dengan Kebijakan Energi  Nasional di Kawasan Tropical Rainforest Heritage of Sumatra

Perhatian terhadap lingkungan dan keberlanjutannya telah menjadi fokus bagi beberapa kelompok masyarakat dan Petani. Mereka berusaha dengan melakukan pertanian organik, yaitu melakukan sistem budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami tanpa tambahan bahan kimia sintetis. Harapan dari melaksanakan pertanian organik ini adalah agar keseimbangan alam dan lingkungan terus terjaga dan produk pertanian yang dihasilkan aman bagi kesehatan manusia.

Baca juga: Sebut Sawit Hingga Batubara, Presiden Prabowo Tegaskan Swasembada Pangan dan Energi sebagai Prioritas

Pengembangan pertanian organik khususnya di Indonesia baru dilaksanakan beberapa tahun terakhir ini. Oleh karena itu banyak hal yang masih perlu dipelajari dan dicari celah agar dapat berkembang sebagaimana pertanian konvensional yang telah berkembang selama ini. Pertanian organik memiliki tantangan produktivitas yang relatif rendah dan pasar yang belum banyak tersedia karena harga jual produk yang relatif tinggi. Hal ini menjadi tantangan bagi pengembangan pertanian organik. Dibutuhkan inovasi dan terobosan baru untuk dapat mengembangkan pertanian organik.

Salah satu contoh menarik pertanian padi organik terdapat di Kabupaten Bogor tepatnya di Kecamatan Pamijahan yang terletak di lereng Gunung Salak. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) Mukti Jaya Abadi tertarik melaksanakan budidaya padi organik karena memperoleh pendampingan langsung dari Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementerian Pertanian yang bekerjasama dengan Mercy-USA. Pendampingan yang diberikan berupa Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi Organik yang dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2020. 

Setelah tujuh bulan pelaksanaan SL-PTT, Gapoktan dapat me-launching produk Beras Organik ‘Jayabakti’ dilengkapi dengan sertifikat organik dari INOFICE (Indonesian Organic Farming Certification). Untuk mendukung budidaya beras organik, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bogor memberikan bantuan embung yang dapat digunakan pula untuk bertanam ikan perairan darat. Dengan adanya dukungan ini diharapkan pertanian padi organik ini dapat berkembang dengan baik dan terus tumbuh. Target dari kegiatan ini produk dapat dikembangkan dengan kemasan yang lebih baik dan dapat masuk pangsa pasar ekspor.

Baca Juga:  Rekayasa Sosial dalam Penanggulangan Stunting: Antara Intervensi Struktural dan Realitas Sosial Lokal

Baca juga: Pertanian Organik Prabu Kresna Ala PEP Sukowati Field Tingkatkan Produktivitas Lahan, Berdayakan Ekonomi Petani

Empat tahun setelah berlangsungnya kegiatan SL-PTT, pada tahun 2024, budidaya pertanian padi organik Gapoktan Mukti Jaya Abadi masih berlangsung. Produktivitas produk yang dihasilkan meningkat dari sekitar 3,5 ton/ha pada awal pertanaman, kini mencapai 4,5 ton/ha dengan jumlah anggota pelaksana berkurang dan lahan pertanaman menurun akibat lokasi tercemar bahan anorganik sehingga kemurnian organik lingkungan tidak dapat dipertahankan.

Gapoktan memiliki peluang untuk menjual produk ke pasar ekspor dengan kebutuhan produk secara konsisten sebanyak 2 ton beras organik per bulan. Volume ini termasuk cukup fantastis untuk kapasitas Gapoktan Mukti Jaya Abadi yang memiliki kemampuan produksi per bulan sekitar 1 ton karena lahan ditanami secara bergilir, tidak serempak. Hal lain yang menjadi tantangan karena budidaya dilaksanakan secara sederhana dan manual. Penyediaan pupuk organik diperoleh dari kotoran hewan yang dimiliki oleh anggota gapoktan yang diolah difermentasi secara manual oleh setiap anggota kelompok dan dibawa ke lokasi lahan yang berbukit-bukit melewati sungai dan pematang yang cukup sulit. Di sisi lain, kondisi lingkungan di dataran tinggi yang lembab, membuat formulasi pembuatan kemasan vacuum seringkali tidak berhasil dengan baik. Produk yang telah dikemas menggunakan vacuum pada siang hari, keesokan paginya terlepas sehingga konsumen meragukan kemurnian produk sehingga sulit untuk dipasarkan.

Tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Gapoktan Mukti Jaya Abadi membuat perkembangan pertanian padi organik cenderung jalan di tempat. Dibutuhkan intervensi dan ide-ide baru agar pertanian padi organik dapat berkembang sebagaimana harapan, bahkan lebih tinggi dari yang direncanakan.

Lokasi pertanaman yang terletak di lereng Gunung Salak dengan mayoritas mata pencaharian masyarakat bertanam padi, memiliki persawahan yang berundak-undak yang dikenal sebagai terasering Cisalada. Kondisi ini merupakan suasana yang indah dengan pemandangan yang menarik. Usaha ternak masyarakat yang kotorannya digunakan sebagai bahan dasar pupuk organik merupakan kekayaan lain yang terdapat di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor ini.

Untuk menyediakan pestisida alami, anggota kelompok memanfaatkan bagian dari tanaman sirsak dan tanaman rempah lain yang banyak diusahakan oleh petani di wilayah ini. Di sisi lain, adanya bantuan embung yang dapat dikelola dan dikembangkan perikanan darat. Potensi lain adalah wilayah ini bersebelahan dengan hutan rakyat yang banyak ditanami pohon kopi lokal dengan cita rasa yang khas dan murni tanpa campuran.


Dengan adanya agropolitan, diharapkan produk pertanian yang dihasilkan lebih beragam sehingga dalam pemasarannya bisa berbagai produk yang lebih menarik perhatian konsumen.


Baca juga: Manfaatkan Limbah Serbuk Kayu untuk Budidaya Jamur, Program CSR PHKT Dukung Kemandirian Pangan di Penajam Paser Utara

Baca Juga:  Hasil Hutan dan Sawit sebagai Komoditas Strategis: Tantangan EUDR dan Dinamika Perdagangan Internasional

Berbagai potensi dan kekayaan alam yang ada tanpa disadari merupakan peluang pengembangan usaha pertanian organik dalam skala yang luas. Akan menjadi suatu kesempatan untuk mengembangkan pertanian ini menjadi suatu agropolitan dan dikembangkan menjadi agrowisata sehingga mendatangkan wisatawan. Hal ini dapat menjadi pasar bagi produksi pertanian organik yang dihasilkan. Di samping itu, dengan adanya agropolitan, diharapkan produk pertanian yang dihasilkan lebih beragam sehingga dalam pemasarannya bisa berbagai produk yang lebih menarik perhatian konsumen.

Adanya agropolitan dan agrowisata ini diarahkan agar anggota kelompok tani melakukan budidaya tanaman beragam meskipun diutamakan untuk melakukan budidaya pertanian padi organik. Diharapkan dapat dikembangkan agropolitan organik yang dapat menjadi daya tarik wisata dan dikembangkan menjadi salah satu potensi wisata pegunungan di kabupaten Bogor. Hal ini menarik untuk dikaji lebih lanjut dan dapat menjadi narasi bagi pengembangan pertanian organik di Indonesia. ***

Oleh: Diana Paramita (Mahasiswa Program Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor)

MORE ARTICLES

LATEST