MORE ARTICLES

Guru Besar UGM Sebut Enrichment Planting Pacu Pelestarian Pengelolaan Hutan dan Peningkatan Cadangan Karbon

Ecobiz.asia – Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Profesor Widiyatno menjelaskan tentang enrichment planting pada lanskap hutan hujan tropis sekunder melalui ilmu silvikultur meningkatkan produktivitas hutan, menjaga keragaman genetik, dan kelestarian native species.

Enrichment Planting juga akan berdampak pada peningkatan cadangan karbon hutan.

- Advertisement - Iklan

Widiyatno menjelaskan hal itu dalam Pidato Pengukuhannya sebagai Guru Besar bidang Ilmu Silvikultur di ruang Balai Senat, Gedung Pusat UGM, Selasa, 24 September 2024.

Pada kesempatan itu, Widiyatno menyampaikan pidato yang berjudul “Enrichment Planting Lanskap Hutan Alam Tropis untuk Kelestarian Pengelolaan Hutan dan Peningkatan Cadangan Karbon”.

Baca juga: Cegah PHK Karyawan Industri Kehutanan Berlanjut, Perlu Perluasan Pasar Domestik dan Insentif Kebijakan

Widiyatno membuka pidatonya dengan menjelaskan kondisi hutan tropis Indonesia yang mengalami penurunan dan kerusakan dari waktu ke waktu karena kebakaran hutan, illegal logging, konversi hutan untuk berbagai peruntukan, eksploitasi hutan yang berlebihan, dan lain-lain. 

Kerusakan hutan ini mengancam flora dan fauna asli hutan tropis serta meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia. 

“Dari segi ekonomi, kerusakan hutan tropis khususnya hutan alam produksi menyebabkan penurunan industri kehutanan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan enrichment planting atau penanaman pengkayaan pada lanskap hutan alam tropis,” katanya dikutip dari laman UGM.

Widiyatno menyampaikan konsep dasar silvikultur sebagai ilmu terapan dalam mengelola hutan. Sistem silvikultur terdiri atas tiga komponen dasar perlakuan, yaitu permudaan, pemeliharaan, dan pemanenan. 

Baca juga: Teknologi dan Inovasi Optimalkan Kinerja Industri Kehutanan, Tingkatkan Nilai Tambah Hasil Hutan

Ia menjelaskan mengenai evolusi sistem silvikultur tebang pilih pada pengelolaan hutan alam tropis di Indonesia lengkap dengan status hutan tropis yang sayangnya kian menurun. 

“Melalui enrichment planting untuk meningkatkan produktivitas hutan, menjaga keragaman genetik, dan kelestarian native species,” katanya.

Tidak hanya berhenti sampai di situ, Widiyatno memaparkan strategi pemilihan jenis yang tepat untuk enrichment planting pada lanskap hutan hujan tropis sekunder melalui ilmu silvikultur. 

Baca juga: KLHK Dorong Peningkatan Nilai Ekspor Produk Kayu Berkelanjutan, Ingatkan Industri Soal Pentingnya Ketelusuran Bahan Baku

Baca Juga:  Jelaskan Lima Pilar Penting Pengelolaan Hutan, WamenLHK: tak Berpusat pada Kayu

Hasil rumusan silvikultur tersebut dapat diaplikasikan dalam pengelolaan hutan alam dengan menggunakan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) dengan teknik silvikultur intensif. 

Teknik ini terbukti mampu memberikan berbagai keuntungan, diantaranya mengurangi kerusakan pohon yang ditanam dan meningkatkan persentase hidup tanaman.

Widiyatno menambahkan, adanya enrichment planting ini, keragaman genetik dan perlindungan native species dapat lebih terjaga dan ditingkatkan. 

Baca juga: Gelam Potensial Gantikan Akasia pada HTI Gambut, Guru Besar UGM: Produktivitas Tinggi dan Tahan Genangan

Terlebih lagi, peningkatan pertumbuhan dan produktivitas hutan dengan sistem silvikultur TPTJ ini dapat mempertahankan dan meningkatkan kelestarian dalam pengelolaan hutan alam hingga berdampak dari sisi simpanan karbon dengan mengurangi emisi gas CO2. 

“Metode ini berpotensi dalam melakukan serapan karbon dan menurunkan emisi gas rumah kaca Indonesia sebagai bagian dari aksi mitigasi perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan,” ungkapnya.

Rektor Universitas Gadjah Mada, Profesor Ova Emilia menyampaikan bahwa Widiyatno adalah salah satu dari 452 guru besar aktif di UGM. Salah satu dari 20 guru besar aktif dari 33 guru besar yang pernah dimiliki Fakultas Kehutanan UGM. ***

MORE ARTICLES

LATEST