Ecobiz.asia – Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan seluruh pihak dalam menghadapi ancaman kebakaran lahan yang meningkat selama musim kemarau 2025.
Dalam rapat koordinasi bersama Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) di Riau, Menteri Hanif menekankan bahwa kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama pencegahan.

“Kebakaran hutan dan lahan adalah ancaman nyata, bukan hanya bagi lingkungan, tapi juga ketahanan pangan dan energi nasional. Kita harus bertindak sebelum api menyebar,” tegas Hanif di Pekanbaru, Sabtu (10/5/2025).
Baca juga: Tectona Mitra Utama Tegaskan Komitmen ESG Lewat Program Konservasi dan Edukasi di Banyuwangi
Hingga 9 Mei 2025, pemerintah mencatat 184 titik panas (hotspot) di seluruh Indonesia.
Meski turun 61 persen dibandingkan tahun lalu, ancaman kebakaran tetap tinggi, khususnya di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Riau. Hanif menyebutkan bahwa kebakaran umumnya disebabkan oleh pembukaan lahan, konflik agraria, dan kekeringan di lahan gambut.
“Penurunan angka hotspot tidak boleh membuat kita lengah. Justru saat ini kita perlu lebih proaktif dengan memperkuat sistem peringatan dini dan tanggap darurat,” ujarnya.
Menteri Hanif mengapresiasi komitmen Gapki dalam upaya preventif pengendalian kebakaran, namun mengingatkan agar seluruh perusahaan perkebunan tidak tinggal diam. Sistem manajemen kebakaran yang baik dinilai penting untuk mewujudkan target nol kebakaran di sektor perkebunan.
Baca juga: Peluang Ekonomi Baru dari Nira Sawit, Potensial Saat Peremajaan Kebun
Dalam kunjungan kerja tersebut, Menteri Hanif juga meninjau posko Tim Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat (TKTD) PT Kimia Tirta Utama (KTU), anak usaha Astra Agro, di Kabupaten Siak. Ia memuji infrastruktur pengendalian kebakaran yang dimiliki perusahaan, termasuk pelatihan dan simulasi rutin.
Selain itu, Hanif turut melakukan penanaman pohon endemik dan meninjau kawasan konservasi Nilai Konservasi Tinggi (NKT) yang dikelola PT KTU, sebagai bentuk dukungan terhadap pelestarian keanekaragaman hayati.
“Melindungi alam sama pentingnya dengan menjalankan bisnis secara berkelanjutan. Keberhasilan mengendalikan kebakaran adalah kemenangan bersama,” pungkas Hanif. ***