Ecobiz.asia – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo mengundang investor Jepang meningkatkan investasi dan keterlibatannya dalam proyek kehutanan berbasis karbon di Indonesia.
Apalagi telah ada kesepakatan bilateral Mutual Recognition Arrangement (MRA) dalam perdagangan karbon antara Indonesia-Jepang.

Pada forum bisnis bertajuk Unlocking Indonesia’s Forest Assets for the Joint Crediting Mechanism (JCM), Duta Besar Indonesia untuk Jepang dan Federasi Mikronesia, Heri Akhmadi, menyoroti pentingnya kerja sama ekonomi dan lingkungan antara kedua negara.
Ia menegaskan bahwa penandatanganan MRA untuk JCM dan Sertifikat Pengurangan Emisi Indonesia (SPEI) menjadi katalisator bagi perdagangan karbon, termasuk karbon dari hutan.
“Salah satu katalisator bagi perdagangan karbon, termasuk karbon dari hutan, antara Indonesia dan Jepang adalah ditandatanganinya MRA untuk JCM dan SPEI,” ujar Dubes Heri Akhmadi pada forum yang diselenggarakan di Tokyo, Jepang, Rabu (26/2/2025).
MRA Indonesia-Jepang untuk pelaksanaan kerja sama perdagangan karbon diumumkan di Paviliun Indonesia saat Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa/ Conference of Parties ke-29 (COP29) UNFCCC di Baku, Azerbaijan, November 2024. Kesepakatan MRA ini menjadi model kerja sama bilateral antar negara pertama di dunia dalam kerangka Paris Agreement, khususnya Pasal 6.2.
“Perlu dielaborasi lagi dengan seksama mekanisme yang dapat memacu investasi yang lebih besar di sektor kehutanan Indonesia,” kata Heri yang didampingi Koordinator Fungsi Ekonomi Sunan Jaya Rustam, Atase Kehutanan Muhammad Zahrul Muttaqin dan sejumlah pejabat KBRI Tokyo.
Forum tersebut diselenggarakan KBRI Tokyo bekerja sama dengan dua perusahaan kehutanan Indonesia, Forest Carbon dan NatureVerse Inc..
Forum bisnis ini dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup Jepang (Kantor Pasar Karbon Internasional dan Mekanisme Kredit Bersama) serta 30 perusahaan kehutanan dan investor terkemuka Jepang, seperti Sumitomo Forestry Co., Marubeni Corporation, Sumitomo Corporation Ltd., Nomura Securities Co. Ltd., Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), MUFG Bank, Japan Oil Engineering, dan Tokyo Gas.
Pada sesi diskusi panel, hadir CEO NatureVerse Inc. Andrew Sunarko, CEO Forest Carbon Jeffery Chatellier, Technical Director of Conservation International Japan Dr. Aya Uraguchi, serta Senior VP of NbS Finance at Sustainacraft, Osamu Odawara. Diskusi dipandu Atase Kehutanan Zahrul Muttaqin.
Baca juga: Perdagangan Karbon Bilateral, Indonesia-Jepang Saling Akui Sistem Kredit Karbon
Diskusi membahas tantangan sektor kehutanan Indonesia dalam proyek penurunan emisi karbon melalui mekanisme JCM.
Saat ini, hanya dua proyek kehutanan yang terdaftar di JCM, jauh di bawah sektor energi. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada kendala dalam melakukan proyek penurunan emisi karbon dari hutan melalui mekanisme JCM.
Perlu diketahui Kamboja dan Laos telah berhasil menyetujui metodologi REDD+ di bawah JCM, dan Kamboja telah menghasilkan dan menjual unit karbon. Perkembangan ini tentunya ini bisa menjadi pembelajaran untuk Indonesia. Perusahaan Jepang dapat berkontribusi dalam mendukung proyek karbon sektor kehutanan di Indonesia melalui JCM dan mekanisme lainnya dengan mengambil metodologi yang sudah ada.
Para peserta forum sepakat untuk membentuk kelompok kerja bersama guna mempercepat investasi sektor kehutanan di Indonesia. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan aset karbon hutan Indonesia serta berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim global. ***