Ecobiz.asia – Pelaku industri pulp dan kertas meminta pemerintah memberi jaminan kebijakan terkait ketersediaan bahan baku kertas daur ulang. Kebijakan ini penting sebagai bagian dari pengembangan ekonomi sirkular yang mendukung kontribusi ekspor hingga 8,28 miliar dolar AS.
Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Liana Bratasida pada pembukaan seminar dan Rapat Kerja APKI di Jakarta, Senin (13/1/2025), mengatakan saat ini terdapat 54 industri kertas yang menggunakan bahan baku kertas daur ulang (KDU), yang sebagian besar kebutuhan KDU-nya masih perlu diimpor.

Importasi KDU ini mencerminkan upaya implementasi ekonomi sirkular dalam industri pulp dan kertas Indonesia.
“Kami berharap kebijakan pemerintah dapat menjamin ketersediaan bahan baku KDU agar industri pulp dan kertas dapat menjaga daya saing dan berkelanjutan,” tambahnya.
Sementara itu Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Reza, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada APKI yang telah konsisten menjadi mitra pemerintah dalam mendukung pengembangan industri pulp dan kertas nasional.
“Industri pulp dan kertas memiliki kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional dengan total ekspor mencapai USD 8,28 miliar pada tahun 2023 dan menyumbang sekitar 4,03% terhadap PDB industri pengolahan nonmigas,” kata Faisol.
Ia juga menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi industri pulp dan kertas, seperti ketersediaan bahan baku kertas daur ulang (KDU), kebijakan EU Waste Shipment Regulation (EUWSR), Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), dan EU Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM).
“Ketahanan industri menjadi perhatian penting pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, dan kami optimis melalui langkah strategis yang tepat, industri ini dapat terus berkembang dan berkontribusi terhadap perekonomian nasional,” tambahnya.
Hannah Zhao, Direktur Fiber di Fastmarkets RISI, yang juga menjadi pembicara kunci dalam seminar ini, memberikan wawasan mendalam tentang prospek global industri pulp dan kertas.
Dalam paparannya, Hannah menyampaikan bahwa Asia, terutama Asia Tenggara dan India, akan menjadi pendorong utama pertumbuhan permintaan pulp dan kertas global hingga 2026.
“Dengan populasi yang terus berkembang dan tingkat konsumsi per kapita yang relatif rendah, kawasan ini memiliki potensi besar untuk pertumbuhan. Namun, tantangan oversupply dan kualitas serat daur ulang tetap menjadi isu utama yang perlu dikelola,” ungkap Hannah. ***