Ecobiz.asia — Transformasi sistem pangan berkelanjutan hanya dapat tercapai melalui sinergi kebijakan nasional dan kemitraan lintas sektor yang kuat.
Hal itu ditegaskan oleh Deputi Bidang Keterjangkauan dan Keamanan Pangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Dr. Nani Hendiarti, dalam lokakarya nasional Proyek FOLUR Indonesia yang digelar di Jakarta, Senin (16/6/2025).

“Pencapaian transformasi sistem pangan memerlukan sinergi yang kuat antara kerangka kebijakan Indonesia dan kolaborasi lintas sektoral. Kemitraan ini, yang didukung oleh GEF dan dijalankan di lapangan oleh UNDP dan FAO, menjadi mesin penting untuk menciptakan perubahan yang dapat diskalakan dan direplikasi,” ujar Nani, yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Pengarah FOLUR Indonesia.
Baca juga: Ketelusuran Komoditas Jadi Sorotan, Proyek FOLUR Siapkan Strategi Hadapi Tekanan Global
Pernyataan itu disampaikan dalam momentum kunjungan resmi perwakilan senior Sekretariat Global Environment Facility (GEF), Biro Regional UNDP, dan Kantor Regional FAO ke Indonesia.
Kunjungan tersebut menjadi bagian dari evaluasi capaian dan penguatan kolaborasi dalam pelaksanaan Food Systems, Land Use and Restoration (FOLUR), proyek lintas negara yang berjalan di 27 negara selama tujuh tahun.
Lokakarya nasional bertema “Memanfaatkan Kemitraan Publik-Swasta dan Berbagi Koherensi Kebijakan Implementasi FOLUR Indonesia” ini menghadirkan lebih dari 100 peserta dari kementerian/lembaga, sektor swasta, organisasi internasional, dan masyarakat sipil.
Proyek FOLUR Indonesia memanfaatkan pendekatan Integrated Landscape Management (ILM) untuk mendorong praktik pertanian yang produktif namun tetap selaras dengan upaya konservasi dan pembangunan inklusif.
Proyek ini dilaksanakan di lima provinsi prioritas: Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Papua Barat Daya.
Dr. Peter M. Umunay, Thematic Lead GEF untuk Sistem Pangan dan Tata Guna Lahan, mengapresiasi kemajuan Indonesia dalam mengintegrasikan agenda iklim, keanekaragaman hayati, dan pertanian berkelanjutan.
“Kemajuan yang dicapai Indonesia dalam menyelaraskan kemitraan publik-swasta dan perencanaan tata guna lahan menunjukkan bahwa sistem pangan transformatif dapat dicapai dengan menempatkan koherensi kebijakan sebagai prioritas,” ujarnya.
National Project Manager FOLUR Indonesia, Ratna Sari, menekankan pentingnya sinergi antar level pemerintahan.
“Koherensi kebijakan hanya akan efektif jika ditopang keterlibatan dari tingkat nasional hingga desa. Kami berkomitmen membina kampiun lokal sebagai penggerak di lapangan,” katanya.
Sejumlah capaian penting telah ditorehkan, termasuk penyelesaian studi Targeted Scenario Analysis (TSA), serta penilaian High Conservation Value dan High Carbon Stock di Aceh Tengah, Mandailing Natal, dan Luwu. FOLUR Indonesia juga telah menghimpun 70% dari target co-financing sebesar 132,5 juta dolar AS yang menjadi cerminan kuatnya dukungan publik dan swasta.
Menurut Ratna, dengan pendekatan yang menggabungkan ilmu pengetahuan, kolaborasi multipihak, dan investasi strategis, FOLUR Indonesia terus memperkuat langkah menuju sistem pangan yang adil, tangguh, dan berwawasan lingkungan, selaras dengan komitmen nasional dan target global pembangunan berkelanjutan. ***