MORE ARTICLES

Pertamina NRE Akselerasi 9 Proyek Karbon Hutan Usai Penandatanganan MRA KLH-Gold Standard

Ecobiz.asia – Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE) menyatakan kesiapan untuk mengakselerasi sembilan proyek karbon berbasis kehutanan dan alam (natural-based solutions) menyusul penandatanganan Mutual Recognition Agreement (MRA) antara Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan Gold Standard Foundation.

“Kita sudah ada sembilan lokasi. Harapannya dengan sekarang dibuka seperti ini, ini semua bisa jalan,” ujar CEO Pertamina NRE John Anis, usai menghadiri acara penandatanganan, Kamis (8/5/2025).

- Advertisement - Iklan

Dia menjelaskan, Pertamina NRE menjalin kerja sama dengan Perhutani-Inhutani dan Otoritas Ibu Kota Negara Nusantara (OIKN) untuk menggarap sembilan proyek karbon kehutanan di Kalimantan. Lima lokasi proyek berada di Kalimantan Utara dan sisanya ada di Kalimantan Timur.

Baca juga: Tak Perlu Otorisasi, Menteri LH Jelaskan Tata Cara Perdagangan Karbon Sukarela Pasca MRA dengan Gold Standard

Studi kelayakan untuk tiga lokasi di Kalimantan Utara dan satu lokasi di Kalimantan Timur telah selesai dilaksanakan.

John mengatakan Pertamina NRE membuka peluang memperluas kerja sama ke mitra lainnya jika seluruh proyek yang saat ini sedang digarap akhirnya bisa berjalan. “Kalau misalkan ini jalan, pasti kita tambah,” ujarnya.

John menjelaskan dengan adanya MRA KLH-Gold Standard, proyek-proyek karbon dari Indonesia — termasuk milik Pertamina NRE — kini memiliki peluang lebih besar untuk menjangkau pasar global yang menginginkan kredit karbon berstandar tinggi dan berbasis pengurangan emisi yang terverifikasi.

Baca juga: Survei BCM Insights: Publik Sadari Pentingnya Perdagangan Karbon, Mekanisme dan Regulasi Jadi Tantangan

John menggarisbawahi pentingnya keberadaan mekanisme yang kredibel untuk memicu aliran pendanaan ke konservasi alam. “Preservasi alam itu memerlukan pendanaan. Nah pendanaan ini bisa didapatkan dari carbon market. Jadi artinya kita mendapatkan benefit yang luar biasa,” jelasnya.

Ia juga menekankan bahwa dalam jangka panjang, membuka akses ke pasar karbon global akan membuat proyek-proyek berbasis alam lebih layak secara ekonomi. “Kalau hanya mengandalkan voluntary market dengan harga yang ada di domestik, itu susah, berat,” ujar John. “Kalau kita bisa di-recognize dengan export market yang juga compliance, itu akan membantu sehingga ini proyek bisa jalan.”

Baca Juga:  Di World Expo Osaka, Indonesia Paparkan Strategi FOLU Net Sink 2030 Buka Peluang Investasi Karbon Hutan

Baca juga: Sudah Buat Studi Kelayakan di Dua Lokasi, Perhutani Siap Masuki Bisnis Perdagangan Karbon

John memandang MRA KLH-Gold Standard bukan hanya membuka pasar, tapi juga memperkuat reputasi Indonesia dalam perdagangan karbon global. 

“Manfaatnya untuk konservasi alam bagus, untuk masyarakat bagus, untuk pemerintah juga bagus. Kemudian untuk penurunan emisi, mendapatkan revenue, dan juga reputasi kita sebagai pionir dan leader di pasar,” pungkasnya. ***

MORE ARTICLES

LATEST