MORE ARTICLES

Solusi Berbasis Alam dan Proyek Karbon, Strategi Kunci Indonesia Hadapi Krisis Iklim

Ecobiz.asia — Perubahan iklim bukan lagi ancaman masa depan, tetapi realitas yang kini dirasakan secara langsung. Di tengah lonjakan suhu global dan tekanan terhadap ekosistem, Indonesia mulai mengedepankan Nature-based Solutions (NBS) dan pengembangan proyek karbon sebagai strategi mitigasi krisis iklim.

“Yang kita hadapi bukan hanya krisis lingkungan, tapi juga krisis iklim. Nature-based Solutions menjadi pendekatan yang relevan karena menggabungkan konservasi alam dengan aksi iklim,” ujar Fajri Ramadhani, Direktur Nature-Based Project Trucarbon, dalam CarboNEX Webinar Series: Developing High-Integrity FOLU Carbon Projects, Rabu (4/6/2025).

- Advertisement - Iklan

Fajri menjelaskan bahwa implementasi NBS mencakup konservasi hutan, restorasi lahan gambut dan mangrove, serta peningkatan tata kelola hutan produksi. Menurutnya, pendekatan ini bukan hal baru bagi Indonesia, yang sebelumnya telah menjalankan berbagai inisiatif serupa seperti proyek REDD dan kemitraan iklim dengan Norwegia.

Baca juga: ICVCM Tetapkan Program ERS sebagai Standar Karbon Berintegritas Tinggi

“Intinya adalah menjaga dan memulihkan ekosistem untuk mendukung pengendalian perubahan iklim. Dulu kita kenal proyek REDD dan Norway Partnership yang menargetkan pengurangan emisi untuk menahan kenaikan suhu global di bawah 1,5°C,” paparnya.

Potensi karbon Indonesia, menurut Fajri, sangat besar. Ia mencatat terdapat sekitar 120 juta hektare lahan dengan potensi serapan karbon mencapai 240 juta ton CO₂e. Di pasar karbon internasional, seperti platform Verra, lebih dari 20 proyek dari Indonesia telah terdaftar dengan estimasi kontribusi mencapai 31,5 juta ton CO₂e per tahun.

“Jika dilihat per hektare, lahan gambut merupakan penyerap karbon terbesar dengan rata-rata 71,5 ton CO₂e per tahun. Lahan mangrove sekitar 12,2 ton, dan lahan kering mineral 2,9 ton CO₂e,” sebutnya.

Namun demikian, Fajri menegaskan bahwa keberhasilan proyek karbon tidak semata diukur dari angka emisi yang ditekan. Legalitas lahan, partisipasi masyarakat, serta manfaat ekonomi dan konservasi menjadi indikator kunci.

Baca juga: ICVCM Tetapkan Program ERS sebagai Standar Karbon Berintegritas Tinggi

“Proyek karbon yang berhasil adalah yang memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitar sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Prinsip keberlanjutan harus menjadi landasan utama,” tandasnya.

Baca Juga:  Perdagangan Karbon Sektor Kehutanan, Cara Indonesia Cegah Double Counting dan Double Claim

Dengan mengintegrasikan solusi berbasis alam dan proyek karbon, Indonesia diharapkan mampu menurunkan emisi secara signifikan, menjaga keseimbangan ekologis, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah terdampak. ***

MORE ARTICLES

LATEST