Ecobiz.asia – Sebuah studi terbaru berjudul “Perception and Challenges in Using Solar PV in Some Mining Operators – An Introductory Study” mengungkapkan penemuan penting mengenai adopsi sistem solar PV untuk pemanfaatan energi surya di kalangan perusahaan tambang di Indonesia
Studi yang diselenggarakan oleh Divisi Riset situs berita, informasi, dan data sektor energi, migas dan pertambangan Petromindo.com dan Majalah Coal Metal Asia itu mengungkapkan manfaat yang dirasakan serta hambatan signifikan yang dihadapi oleh Perusahaan pertambangan dalam mengintegrasikan panel surya (Solar PV) pada kegiatan operasinya.

“Meskipun terdapat tantangan, studi ini menunjukkan bahwa Solar PV memiliki potensi untuk memiliki peran yang lebih signifikan dalam bauran energi operasional tambang, terutama yang dipadankan dengen sistem hibrid. Selain itu, minat yang meningkat akan mekanisme PPA (Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik) mengindikasikan harapan akan Solar PV bisa terus tumbuh,” demikian salah satu kesimpulan dari studi tersebut, Rabu, 21 Agustus 2024.
Baca juga: Pemerintah Akselerasi PLTS Terapung, Optimalkan Potensi Energi Surya 3.294 GW
Studi itu diperoleh melalui wawancara mendalam dengan perwakilan dari perusahaan tambang di Indonesia, termasuk mereka yang telah mengimplementasikan panel surya dan yang belum. Penelitian ini bertujuan untuk memahami persepsi, pengalaman, dan tantangan terkait adopsi pemanfaatan panel surya di sektor pertambangan.
Untuk mendapatkan hasil lengkap studi silakan KLIK DI SINI atau bisa menghubungi survey@petromindo.com.
Adapun temuan utama pada studi tersebut adalah:
1. Fossil Fuel masih menjadi andalan. Studi ini menemukan bahwa sebagian besar perusahaan tambang masih sangat bergantung pada sumber energi konvensional seperti solar dan listrik dari jaringan untuk operasional mereka. Meskipun beberapa perusahaan telah mulai mengeksplorasi sumber energi terbarukan, termasuk panel surya, penggunaannya masih terbatas.
2. Persepsi Solar PV sebagai Sumber Energi Pelengkap. Operator tambang umumnya melihat Solar PV sebagai pelengkap sumber energi yang ada saat ini, bukan sebagai sumber energi utama. Persepsi ini dipengaruhi oleh ketergantungan Solar PV akan sinar matahari, yang dianggap sebagai tantangan di wilayah dengan kondisi cuaca yang berubah-ubah.
3. Tantangan dalam Adopsi Solar PV: Studi ini mengidentifikasi beberapa tantangan utama dalam adopsi Solar PV, yaitu:
- Biaya Investasi Awal yang Besar: Investasi awal yang signifikan yang dibutuhkan untuk instalasi Solar PV menjadi hambatan utama, dimana responden menyatakan kekhawatiran tentang lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai break even point.
- Kesiapan Infrastruktur dan Teknologi: Infrastruktur dan kemajuan teknologi saat ini dalam sektor Solar PV dianggap belum memadai.
- Kendala Operasional: Keterbatasan Solar PV oleh kondisi cuaca dimana hanya dapat menghasilkan selama beberapa jam, menjadikan Solar PV kurang diminati sebagai sumber energi tunggal untuk operasi yang membutuhkan pasokan listrik yang konstan.
Baca juga: PLTS Terapung Karangkates Bakal Berkapasitas 129 MWp, Pangkas Emisi 180 Ton CO2 per Tahun
4. Dampak yang minim terhadap Biaya Operasional: Perusahaan yang telah mengimplementasikan Solar PV melaporkan bahwa dampak pengurangan biaya pada biaya operasional belum signifikan. Biaya awal yang tinggi dan masih tingginya pemakaian diesel dan energi konvensional lainnya mengurangi manfaat finansial dari Solar PV yang sudah dipasang.
5. Animo yang meningkat untuk pengadaan Solar PV dengan mekanisme Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (PPA): Untuk mengurangi beban yang besar di awal, beberapa perusahaan tambang melirik mekanisme Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (PPA) dengan penyedia pihak ketiga sebagai alternatif. Model ini dianggap lebih menguntungkan karena dapat membantu mengurangi biaya operasional tanpa memerlukan investasi awal yang besar. ***